KETAHUILAH WAHAI SAUDARAKU SEIMAN SEDARAH DAN SENASIB SEPERJUANGAN MENCARI RIDHO ALLAH, SESUNGGUHNYA MANUSIA TIADA SIA-SIA USAHANYA JIKA DINIATKAN DALAM BEKERJANYA UNTUK MENCARI RIDHO ALLAH DAN BERPRINSIP DENGAN BISMILLAH

Rabu, 13 Juli 2011

GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA ANAK-ANAK

Karena gangguan adalah proses yang dinamis, maka dalam proses tersebut sifat-sifat khas dan lingkungan akhirnya menentukan tingkah laku yang lebih aktual dan manifest.
Gangguan-gangguan dalam fungsi-fungsi fisik (Monk 1971) dan psikomotorik pada umumnya disebabkan oleh kerusakan-kerusakan otak atau organis parifer.
Perkembangan terganggu ditandai oleh penyimpangan yang besar dari keadaan yang normal. Dengan normal dimaksudkan suatu pola tingkah laku rata-rata yang nampak pada orang-orang dalam periode perkembangan tertentu. Meskipun ada variansi-variansi tertentu yang nampak pada orang-orang tertentu, namun masih dianggap normal. Untuk orang-orang yang ada dalam variansi-variansi normal tidak diadakan lembaga-lembaga khusus karena masih dianggap normal dan untuk mereka yang mengalami gangguan, maka diadkan suatu lembaga khusus, misalnya sekolah-sekolah khusus (sekolah khusus anak debil) , perumahan-perumahan, lembaga-lembaga khusus, atau klinik-klinik. Dan dalam perpindahan pola tadi ada yang berjalan dengan cepat, ada pula yang berlangsung perlahan.
Gangguan Perkembangan Persesive
Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Orang tua akan cenderung merasa lebih khawatir apabila ia mengetahui bahwa anaknya menderita gejala autisme yang merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Pada anak yang menderita autisme anak cenderung tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal dengan lingkungan sekitar. Akibatnya anak tersebut akan terisolasi dari manusia lain dan masuk ke dalam dunia repetitive dan minat yang obsesif. Mengelola anak dengan kecenderungan autisme memang membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari orang tua.
Autisme
Kata autisme diambil dari “autos” artinya “aku”, dalam pengertian non-ilmiah mudah menimbulkan interpretasi yaitu bahwa semua anak yang bersikap sangat mengarah kepada dirinya sendiri karena sebab apapun, disebut autistik. Kanner berpendapat bahwa autisme merupakan hambatan perkembangan yang sudah tampak pada tahun-tahun pertama dan pada kanak-kanak awal ada hubungannya dengan schizophrenia (suatu golongan penyakit mental yang ditandai oleh banyak simptom-simptom; dan autisme sebagai tingkah laku yang aneh yang sangat mengarah pada diri sendiri, merupakan salah satu simptomnya.
Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian diparalelkan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme.
Anak-anak penderita autisme kecenderungan memperlihatkan setidaknya setengah dari tanda-tanda berikut.
1. Anak akan sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya
2. Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya
3. Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata dengna lawan bicaranya
4. Anak tidak peka terhadap rasa sakit
5. Lebih suka menyendiri, sifatnya akan menjauhkan diri dari lingkungan sekitar
6. Suka sekali pada benda-benda yang berputar atau memutarkan benda
7. Anak memiliki ketertarikan pada suatu benda secara belebihan
8. Hiperaktif atau melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau tidak melakukan tindakan apapun (anak cenderung sangat pendiam)
9. Kesulitan dalam mengatakan kebutuhannya, lebih suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan daripada dengan menggunakan kata-kata
10. Menuntut hal yang sama, dan akan menentang perubahan atas hal-hal yang rutin
11. Tidak memiliki kepedulian atas bahaya yang mengancam dirinya
12. Menekuni permainan dengan cara yang aneh dalam waktu lama
13. Sering mengulangi kata atau kalimat (tidak berbahasa seperti orang kebayakan)
14. Tidak suka dipeluk (disayang) dan tidak suka menyayangi orang lain
15. Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata, dan besikap seperti orang tuli
16. Tidak memiliki minat terhadap metode pangajaran yang biasa
17. Suka mengamuk atau memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas
18. Kecakapan motorik halus/kasar yang tidak seimbang (seperti anak tidak dapat menumpuk balok-balok, tapi anak dapat menendang bola.
Hal di atas buka diagnosa yang menjadi tolak ukur apakah anak menderita autis atau tidak, namun hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih mewaspadai perilaku anak yang tidak sewajarnya. Penanganan dini oleh ahli yang profesional akan memberikan kemungkinan lebih besar pada anak untuk dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme :
1. Vaksin yang mengandung Thimerosal : Thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di negara berkembang …
2. Televisi : Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak - orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya.
Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara. Contoh paling nyata adalah kasus pada negara terpencil Bhutan - begitu mereka mengizinkan TV di negara mereka, jumlah dan jenis kejahatan meningkat dengan drastis.
3. Genetik : Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya.
Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)
4. Makanan : Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama sekali di zaman tersebut.
Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu yang singkat.
Terapi diet tersebut kemudian dikenal dengan nama The Feingold Program.
Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan modern (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis.
Dr. Feingold membayar penemuannya ini dengan cukup mahal. Sekitar tahun 1970-an, beliau dikhianati oleh The Nutrition Foundation, dimana Coca cola, Kraft foods, dll. adalah anggotanya. Beliau tiba-tiba diasingkan oleh AMA, dan ditolak untuk menjadi pembicara dimana-mana. Syukurlah kemudian berbagai buku beliau bisa terbit, dan hari ini kita jadi bisa tahu berbagai temuan-temuannya seputar bahaya makanan modern.
5. Radiasi pada janin bayi : Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi kidal.
Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan menyebabkan autisme. Tapi bagaimana menghindarinya, saya juga kurang tahu. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG - hindari jika tidak perlu.
6. Folic Acid : Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat.
Pada saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid - namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal).
Atau yang lebih baik - perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid, karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek samping :
Ada pepatah mengatakan “Nature is more precise; that’s why all man-made drugs have side effects”
7. Sekolah lebih awal : Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu reaksi autisme.
Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa sembuh/ membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup/ preschool), maka beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sangat jelas.
Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini. Jika ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa pre-school-nya perlu dibimbing secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak maka gejala autismenya sudah hampir lenyap; dan sang anak jadi bisa menikmati masa kecilnya di sekolah dengan bahagia.
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut:
1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu.
Adanya kelima “lampu merah” di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi: Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.
Penanganan Autisme
Saat ini banyak sekali penanganan yang ditujukan untuk ‘menyembuhkan’ gangguan autistik. Penanganan yang banyak diterapkan antara lain:

1. Penanganan Biomedis.
Diperkenalkan oleh Paul Shattock, PhD. Dari universitas Sunderland, Inggris.
Hasil penelitian: anak ASD (Autistic Spectrum Disorder )tidak dapat mencerna casein (protein susu) dan gluten (protein gandum) dengan sempurna sehingga menjadi peptide yang efeknya seperti opioid.
Tujuan: memperbaiki metabolisme tubuh dengan mengatur pola makan.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain adalah pemeriksaan
Sebelum melakukan diet (pengaturan pola makan) dapat dilakukan pemeriksaan berikut:
o Urin: jumlah peptide
o Feses: jamur, bakteri, pencernaan
o Darah: alergi makanan, system kekebalan tubuh
o Rambut: logam berat

2. Medikamentosa
Pengobatan ini berpendapat bahwa adanya abnormalitas anatomi dan kimia otak pada penyandang autisme.
Dan terapi obat ini ditujukan untuk mengurangi hiperaktifitas, stimulas idiri, menarik diri, agresifitas, dan gangguan tidur.
Pemberian anti psikotik dalam dosis rendah dapat membantu anak yang terkena autisme.

3. TerapiSensory Integration (SI)
Banyak anak autis yang mengalami gangguan dalam pengolahan input sensorik yaitu sekumpulan gejala yang merupakan respon aversifth dstimuli yang tidak berbahaya.
Amat menghambat penyesuaian diridan perkembangan kognitif.
Reaksi yang muncul: hipersensitif atau hiposensitif.
Terapi ini dikembangkan oleh DR. Ayres
Disfungsi pada mekanisme menyebabkan perilaku dan cara belajar yang maladaptif.
Mekanisme SI terjadi dibatang otak dan thalamus yang bertugas menyaring input-input sensorik sebelum mengirim ke-cortex untuk fungsi luhur.
Pelaksanaan Terapi Sensory Integration
Terapi ini dilakukan dalam ruang khusus dengan berbagai alat yang akan memberi input sensorik, mendukung terjadinya respon adaptif, memperbaiki fungsi batang otak dan thalamus.
Disamping itu, Latihan perlu juga dilakukan dirumah berupa berbagai aktifitas yang disarankan oleh terapis.

4. Terapi ABA
Dikembangkan oleh Ivar Lovaas, psikolog dari Amerika.
Merupakan terapi yang didasarkan pada pendekatan behavioristik, dan melibatkan peran aktif orang tua di rumah.
Terapi ini diberikan sejak anak usia dini, dan dalam jangka waktu yang efektif adalah 30-40 jam/ minggu.
Prinsip Dasar ABA
Tujuan terapi itu sendiri adalah membentuk tingkah laku yang dapat diterima lingkungan dan menghilangkan/ mengurangi tingkah laku bermasalah
Kelebihan Terapi ABA

o Terstruktur: menggunakan teknik modifikasi tingkah laku yang jelas (DTT, shaping, reward).
o Terarah: ada kurikulum yang jelas dengan cara pelaksanaan yang detil.
o Terukur: ada patokan tentang keberhasilan/ kegagalan anak.

Faktor Penentu Keberhasilan
a.Dilaksanakan sejak usia dini(<3 th)
b.Intensif (sekitar 40 jam seminggu)
c.Dilakukan dimanapun anak berada secara konsisten
d.Hubungan yang dekat secara emosinal antara anak dengan terapis
e.Kreativitas dalam bentuk materi dan cara penyampaiannya
Kurikulum ABA
- Kemampuanmemperhatikan
- Meniru
- Memasangkan
- Bahasareseptif
- Bahasaekspresif
- Ketrampilanbinadiri.

5. Pendidikan Khusus (TEACCH )
TEACCH (Treatment and Education of Autistic and related Communication handicapped Children) mulai dikembangkan tahun1972
Menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan kondisi anak autis: kemampuan visual baik, perhatian mudah teralih, membutuhkan struktur yang jelas.
Orang tua perlu menerapkan juga terapi dirumah, 15 menit–1 jam setiap harinya.
Pengajaran Terstruktur
1. StrukturFisik: desain fisik kelas dibuat jelas agar anak memahami kegunaan setiap area
2. Rutinitas: membantu anak mengetahui tugas awal dan akhir tugas secara jelas sehingga menghindarkan kebingungan
3. Jadwal harian: memberitahu secara visual kegiatan apa yang akan dilakukan. Bentuknya sesuai dengan tingkatan kemampuan anak
4. Sistem kerja individual: cara sistematis bagian untuk memahami instruksi


Perkembangan yang sangat pesat dan positif sangatlah diharapkan semua orang tua kepada anaknya, akan tetapi tidak semua perkembangan itu berjalan mulus seperti apa yang diharapkan oleh setiap orang tua. Sebab dari semua faktor yang telah dijelaskan diatas, ada banyak hal yang bisa mempengaruhi anak menjadi autis dan sikap orang tua yang aktif dalam menetukan perkembangan anaknya.
Lingkungan keluarga, masyarakat, dan pendidikan sangatlah diperlukan dalam menentukan arah kemajuan anak.



Refrensi

http://murtaqicomunity.wordpress.com/ hari sabtu, 21 November 2009, jam 08.45 WIB.
Haditono, Siti Rahayu. Prof. DR. Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1985.
http://thetransferfactorindonesia.com hari sabtu, 21 November 2009, jam 09.00 WIB.

Tidak ada komentar: