Profil pendidikan dan perjalanan hidup dalam proses pencarian jati diri sesungguhnya
Pada tahun 1995 aku sejak kecil di sekolahkan oleh kedua orang tuaku di sekolahan islami yaitu Madrasah Ibtidaiyah, MTs lalu MA. Aku langsung masuk ke MI karena saat itu di desa ku tidak ada TK atau RA. Masuk pertama kali adalah sangat berat bagiku bisa dibilang masuk sekolah pertama adalah paksaan bagiku, Tapi akibat kesabaran ibu ku aku bisa menjalani hari-hari paksaanku itu menjadi kesenangan ,mulai berangkat sekolah hingga pulang ibu selalu menungguiku di sekolah, kegiatan ibu ini berlaku sampai kurang lebih dua minggu.
Walaupun masih dalam paksaan aku mulai kasihan terhadap ibuku yang setiap pagi ikut sekolah bersama ku, jadi aku mulai berangkat dan pulang sendiri dari sekolah dan akhirnya perasaan paksaan itu berubah menjadi perasaan senang setelah aku naik ke kelas tiga, disini akumulai senang karena aku sudah bisa merasakan perhatian guru-guru dan dari semua teman ku lebih-lebih dari teman ku yang namanya Bisri Samsuri, dia adalah anak dari seorang perangkat desa yang rumahnya dekat dari sekolahan. Setiap istirahat kita pulang ke rumahnya dan bermain-main hingga jam masuk tiba.
Dari kesibukanku sekolah pagi, aku ikut dalam kegiatan belajar agama yang di adakan oleh MI ku MADIN namanya atau Madrasah Dinniyah, dinniyah ini tiga kali dalam seminggu yaitu hari senin, selasa, dan kamis. Kesibukan yang diselingi dengan permainan itu berlangsung sangat cepat hingga tak berasa kami pun sudah kelas enam yang sebentar lagi akan lulus MI. hingga akhirnya pada tahun 2001 kami semua lulus dari kelas VI itu dan dari 36 teman ku itu kami semua meneruskan untuk lebih dalam mencari ilmu, ada yang melanjutkan sekolah dan ada juga yang masuk dalam pon-pes. “Mau kemana aku”, pertanyaan dalam hatiku yang masih ingin sekolah lagi.
Dan aku memutuskan untuk melanjutkan untuk sekolah lagi di MTs, MMU (Madrasah matholi’ul ulum), disini aku mendapat teman-teman yang lebih banyak.
Dari mulai masuk kelas VII atau semester awal aku mulai mendapat peringkat ke tiga dan ini bertahan sampai tiga tahun karena itu aku menyebutnya keberuntungan karena aku dari mulai kelas satu sampai kelas VI tidak pernah mendapat peringkat kelas, hanya masuk dalam kategori sepuluh besar saja. Di MTs ini aku mulai di anggap menjadi orang yang lumayan bisa di gunakan jadi aku di tunjuk sebagai anggota osis dan kepramukaan tapi semua itu mungkin adalah anggapan dari orang lain saja yang menurutku itu semua adalah tidak ada pada diri ku, dan mengenai osis di sekolahan ku ini hanya sebagai mayoritas belaka karena semua kegiatan semua di handle oleh pembimbing osis, dan mengenai kepramukaan aku mulai ikut di beberapa perkemahan jumbara, tapi semua ini hanya terjadi dalam jangka setahun karena pada waktu kelas IX aku sudah tidak ada di keanggotaan osis dan kepramukaan karena kelas IX adalah masa-masa BT atau masa bebas tugas dari semua ekskul yang ada. Di kelas ini sungguh sangat menegangkan karena disamping akan menghadapi ujian juga ada guru matematika yang sangat tegas kami menyebutnya dan ditambah lagi beliau adalah wali kelas kami, hingga semua murid setiap ada jam metematika tegang dan kurang bisa enjoy dengan pelajaran, sebut saja pak Parmin namanya, tapi berkat ketegasan beliau kami dapat lulus 100%, dan sebagai catatan terbaik dari sekolah karena baru pertama sekolah kami lulus dengan seratus persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar